Menghasilkan Karya Saat Pandemi Sebuah Review

Konten [Tampil]

Menghasilkan karya saat pandemi, bukanlah hal mustahil ketika ada kemauan. Setidaknya inilah pesan yang bisa saya tangkap dari sebuah buku antologi yang ditulis oleh setidaknya lima belas (15) orang. Mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dari luar negeri.

Pandemi memang menjadi momok yang begitu menakutkan saat di awal kemunculannya. Layar kaca, internet, sampai media sosial penuh dengan berita yang menakutkan. Namun tak berarti kita harus menyerah begitu saja.

Ketakutan karena kondisi melanda seluruh wilayah secara global wajar adanya, tapi kita harus punya cara untuk mengatasinya. Bangkit bersama dan saling menguatkan untuk bisa keluar dari keterpurukan, dan ini sangat dibutuhkan.

Membangun kebersamaan di saat tidak bersama pada jarak dekat adalah sesuatu yang tidak mudah. Apalagi bersama dengan teman-teman yang berasal dari daerah yang berbeda. Namun bukan hal mustahil jika berusaha maka akan terwujud.

Sugianto

Bersama saling menguatkan untuk menghasilkan karya. Berkumpul secara non-fisik bisa dilakukan, karena ada teknologi yang bisa menjadi jawaban. Sebagai salah satu penulis dalam buku ini, saya bisa bertemu dengan yang lain. Berdiskusi, menyatukan visi dan menyamakan pemikiran hingga kemudian menghasilkan karya buku antologi Tak Apa Apa Ada Pandemi, Allah Bersama Kita.

Kehadiran buku ini menjadi bukti bahwa saat pandemi kita harus tetap bersemangat. Saat pandemi tetaplah berkarya untuk memberikan manfaat dan inspirasi bagi orang banyak. Seperti apa sih isi dari buku ini? Let’s check it out!

A. Identitas Buku 

  • Judul                    : Tak Apa Apa Ada Pandemi, Allah Bersama Kita (TAAAP)
  • Penerbit               : Pustaka Rumah CInta
  • Jumlah Halaman : 200 Halaman
  • Tahun Terbit        : 2021
  • Cover                   : Soft Cover
  • Harga                   : Rp. 90.000,-
  • Kontak                 : 082244364975

B. Latar Belakang Penulis

Menghasilkan karya tidak harus memiliki latar belakang kepenulisan. Semua bisa menulis asal mau belajar dan mau berusaha mewujudkan. Termasuk dalam penulisan buku ini.

Latar belakang penulis yang berbeda menjadi bagian unik dalam proses menghasilkan karya ini. Ada pegiat literasi, ibu rumah tangga, freelancer, dan ada juga sebagai amil pada salah satu lembaga amil zakat.

menghasilkan karya saat pandemi
Buku Tak Apa Apa Ada Pandemi, Allah Bersama Kita

Buku Tidak Apa Apa Ada Pandemi ini ditulis oleh 15 orang yang berasal dari berbagai daerah yang berbeda. Ada yang berasal dari Jember, Malang, Semarang, Bogor, Bandung, Malaysia, Singapura,  dan Korea. Otomatis dalam diskusi, dan pertemuan dalam proses penyusunan membutuhkan pengorbanan.

Garis waktu yang berbeda karena berasal dari daerah bahkan negara yang berbeda menjadi tantangan tersendiri. Tak jarang teman-teman yang berada di luar harus terkantuk-kantuk karena perbedaan waktu.

Saya salut membaca buku ini, karena di tengah kesibukan mereka sebagai istri dan ibu rumah tangga,  masih bisa menghasilkan karya saat pandemi. Kalau saya menulis tantangannya pasti berbeda dengan penulis lain yang semua ibu-ibu.

Bisa dibayangkan bagaimana beratnya tugas seorang ibu saat pandemi. Harus menemani anak untuk belajar, menyelesaikan pekerjaaan rumah, belum lagi jika memiliki lebih dari satu anak. Bagi yang sudah berkeluarga dan memiliki anak tentu sudah merasakan bagaimana ribetnya.

Melihat kesibukan mereka tentu ini menjadi sebuah prestasi yang perlu diapresiasi. Mereka bisa tetap meluangkan waktu untuk keluarga di sela kesibukan untuk menemukan ide menulis meskipun sudah ada temanya. Mengolah ide menjadi tulisan hingga menghasilkan karya yang berkesan di saat pandemi.

C. Judul Bab Dalam Buku TAAAP

Seperti saya sampaikan di atas buku ini ditulis oleh 15 penulis berasal dari berbagai daerah dengan berbagai latar belakang. Mereka menghasilkan karya tulis yang beragam dalam satu bingkai besar. Yuk kita intip bersama 15 judul yang setiap bab di buku ini.

  1. Pandemic Life, Berkah atau Kutukan oleh (Suci Wulandary)
  2. See Beyond The Eyes Can’t See (Diah Mumpuni)
  3. Tak Apa Apa Ada Pandemi, Allah Bersama Kita (Prita HW)
  4. Ingat Berkah Tatkala Musibah (Ines Yuanta)
  5. Miracle on Me, Rizkiminallah (Daniapus)
  6. Keajaiban Cinta-Nya (Muna Abdullatif)
  7. Pandemi di Rumah Kedua (Nurul Ari F)
  8. Untaian Doa pad Gurame Bakar (Lia Salsabila)
  9. Bertumbuh Ajaib di Masa Pandemi (Amalia Sekar)
  10. Bisnis Renyah dari Gorengan (Lia Indah)
  11. Menikmati Indahnya Pelangi (Arsita L)
  12. Stop atau The Show Must Go On (Nurul Fitri)
  13. Di balik Kekuatan Laskar Amil (Sugianto)
  14. Ada Pesan Cinta-Nya di Korea Selatan (Ianah Mz)
  15. Iman itu Muncul Tak Terduga (Fajriyah Diah)
Bagaimana, setelah mengetahui judul-judul pada setiap bab, bab manakah yang menurut kalian paling menarik?

D. Sinopsis Buku Tak Apa Apa Ada Pandemi

Buku ini merupakan sebuah karya yang lahir di tengah pandemi. Sebuah buku yang lahir dari pengorbanan dan perjuangan. Buku yang dihasilkan oleh mereka yang saat pandemi berusaha mengembangkan diri dan mengabadikan momen paling berkesan di kehidupan dengan menghasilkan karya tulis.
menghasilkan karya saat pandemi

Di dalamnya terdapat banyak kisah inspiratif yang dialami oleh para penulis selama pandemi. Buku ini memperlihatkan kepada kita secara jelas bagaimana mereka menjalani pandemi. Menghadapi tantangan untuk bisa bangkit bersama. Berjuang melawan pandemi covid-19, menguatkan keluarga, bahkan berbuat untuk orang-orang yang harus diam di rumah.

Buku ini mengangkat banyak pelajaran, di saat orang-orang di-PHK, kita merasa bersyukur masih di-hire, di sebuah lembaga dan dibutuhkan, atau bahkan diapresiasi.

Saat orang-orang susah mencari pekerjaan pengganti, Allah mengirimi ilham untuk membuka usaha baru yang justru memberi peluang baru.

Saat usaha orang lain jatuh, tumbang, bahkan gulung tikar, kita dikirimi kekuatan untuk bertahan dan bertumbuh dengan kreativitas.

Saat orang-orang merasa cemas, takut akan maraknya virus, kita diberi kekuantan untuk terus positive thinking, yang menyebabkan imun bertambah karena kita dikarunia iman yang mungkin lebih.

Saat biasanya waktu di rumah hanyalah waktu sisa, kita diberikan Allah kesempatan untuk menjadikan waktu di rumah sebagai waktu utama dan berkualitas untuk bersama-sama membangun bonding dengan keluarga.

Saat sebagai orang tua merasa sudah tidak mampu untuk menemani anak-anak belajar, kita bisa berperan sebagai guru 24 jam, ternyata Allah mampukan going extra miles dengan menjadi orang tua dan guru selama hampir 2 tahun.

Banyak kisah yang tidak terungkap di dalam pandemi, tidak saja tentang ketegaran, kesabaran, kreativitas, dan upaya lainnya. Kejadian ini menyimpan banyak kenangan yang berujung pada satu kata magis, yaitu keajaiban. Semua dirangkai secar aindah dan apik oleh mereka yang terus berjuang untuk menghasilkan karya.

E. Temukan Makna Keajaibanmu

Sudahkah menemukan dan memaknai keajaiban yang Allah hadirkan di kehidupan kita selama pandemi? Temukan jawabannya dengan membaca isi buku ini secara utuh, karena ada pengalaman yang disampaikan secara tulus dari hati ke hati oleh mereka yang menghasilkan karya. Oh iya, buku ini ini masih baru di lauching beberapa hari yang lalu. 

 

 

 

Related Posts

Post a Comment