Kampung Lali Gadget Bukti Kegigihan Irfandi Kurangi Dampak Gadget

Konten [Tampil]
"Kalau semua orang berlomba-lomba dalam kemajuan teknologi, lalu siapa yang memikirkan dampak negatif dari perkembangan teknologi itu.", ucap Irfandi dengan penuh keyakinan dibalut dengan senyum yang menjadi ciri khas pemuda asal Sidoarjo ini.

Kutipan ini bukan sekedar kutipan. Ada makna yang bisa ditangkap semua orang. Ada pesan bagi banyak orang di negeri ini khususnya orang tua.

Santai tapi penuh kepastian. Tenang namun penuh dengan kepastian. Itulah yang tergambar pada sosok berperawakan besar dan tinggi ini. Gagah dan bersahaja berbuat dengan penuh keikhlasan.

Siapa menyangka akan ada pemuda yang memiliki pemikiran seperti Irfandi. Pemuda asal Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo, Jawa Timur ini di tengah banyak pemuda yang berpikir untuk kemajuan teknologi, dia justru memikirkan hal yang berbeda. Dia tidak anti dengan teknologi, namun berusaha agar teknologi tidak sepenuhnya mengubah pola hidup masyarakat khususnya anak-anak.
Kampung Lali Gadget
https://iniklg.com/

Suatu hari pemilik nama lengkap Achmad Irfandi mulai resah dengan semakin berkurangnya permainan tradisional atau bahkan hilang dari kehidupan masyarakat. Diperparah lagi keberadaan gadget semakin menguasai setiap waktu anak-anak dan jumlahnya tidak sedikit. 

Hasil survei KPAI menunjukkan bahwa 79% anak diizinkan menggunakan gadget selain untuk belajar, 71,3% anak memiliki gadget sendiri, dan 79% anak tidak memiliki aturan penggunaan gadget dengan orang tua. Ini bukan sekedar angka, tapi sesuatu yang perlu mendapatkan penyikapan semua orang.

"Anak kecanduan gawai menjadi tantangan serius. Hanya saja, tidak semua orangtua mengetahui bahwa anaknya terindikasi kecanduan gawai," Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto (2018)

Irfandi mengungkapkan kalau ini merupakan tugas bersama untuk mengurangi kecanduan anak pada gadget. Dia pun terus memutar otak, berpikir bagaimana caranya agar anak-anak tidak kecanduan gadget. Anak-anak bisa tetap riang tanpa gadget. 

"Anak-anak sekarang lebih suka main gadget. Kita tidak boleh menyalahkan anak-anak karena mereka main itu. Karena tidak ada yang mengenalkan, tidak ada yang mengajak. Ya ini kesalahan kita bersama ya untuk suatu keresahan yang harus kita sikapi sama-sama untuk kita bagkitkan lagi permain tradisional ini" ujar lelaki tampan dengan pakaian hitam dan penutup kepala khas Jawa Timur.

Sehingga pada 2018 silam di usia menjelang 25 tahun, dia mengumpulkan anak-anak muda melalui instagram yang dimiliki. Mengajak mereka ikut serta membangun desa dan Kabupaten tercintanya, Sidoarjo dengan membentuk Wonoayu Kreatif dengan Kampung Lali Gadget. April 2018 adalah titik awal untuk perubahan besar.

Semua Riang Gembira

Pagi itu sekelompok anak beramai-ramai mendatangi Kampung Lali Gadget yang digagas oleh Achmad Irfandi. Seriang mentari pagi yang muncul dari balik dedaunan berlari mendekati mereka. Seakan ikut bergembira akan apa yang dilakukan oleh Irfandi untuk anak-anak. Ikut menyaksikan kegembiraan dan kebahagiaan yang tersirat dari wajah tanpa dosa anak-anak.

Irfandi menyapa anak-anak dengan dengan penuh semangat. Selepas meneriakkan yel-yel mereka melanjutkan aktivitas untuk bermain bersama di Kampung Lali Gadget (KLG).

Ada hal unik yang dilakukan anak-anak sebelum mengikuti kegiatan yang menarik di Wonoayu Kreatif ini. Saat tiba di basecamp Kampung Lali Gadget mereka satu persatu menempelkan kertas di belakang gawai yang mereka bawa. Membubuhkan nama masing-masing dan secara bergilir menempatkannya pada tampah bambu. Kemudian disimpan oleh pendamping dan akan dikembalikan saat kegiatan sudah selesai.

Sukarela Lepas Gadget

Pemandangan indah disajikan setiap mengunjungi tempat nan tenang di antara pohon bambu dan pohon rindang lainnya. Tidak ada gedung menjulang tinggi, yang ada pepohonan yang berusaha menggapai langit. Tidak ada AC karena alam pun ikut bernyanyi dan berlari bersama. Tidak ada gadget saat permainan tradisional menarik hati mereka, anak-anak yang dalam kesehariannya tidak lepas dari interaksi dengan gadget.

Sukarela lepas gadget. Itulah yang terjadi pada semua orang yang datang ke tempat ini. Seakan sudah menjadi bagian dari keseharian mereka. Tanpa membutuhkan tenaga ekstra, dengan sukarela mereka menitipkan gadget pada pengelola.

Mereka berlari ke tanah lapang bersama yang lain. Berlari bukan menangis, tapi riang dan gembira pasalnya mereka akan melakukan kegiatan yang tidak kalah seru dari permainan di gadget.

Setiap sudut ramai dengan suara canda tawa anak yang sangat jarang didapati di era ini. Membuat kerajian sesuai dengan apa yang mereka imaginasikan. Menjadi dalang wayang, bermain gamelan, dan banyak aktivitas lain yang membuat mereka betah berlama-lama lepas dari gadget. 

Kampung lali gadget Sidoarjo
https://iniklg.com/

Dolanan Tradisional Lebih Menarik dari Gadget

Dolanan merupakan kata yang berasal dari Bahasa Jawa yang berarti permainan. Permainan tradisional yang hampir punah tergerus oleh teknologi terbukti bisa menggantikan gadget di hati anak-anak. Seperti yang biasa dilihat di Kampung Lali Gadget.

Di kampung ini anak-anak tidak lagi disibukkan dengan jarinya berselancar di dunia maya. Tidak lagi sibuk dengan aneka permainan yang ada dalam gawai pintar. Mereka kembali ke dunia nyata. Menikmati kembali permainan tradisional yang tidak kalah seru.

Tidak hanya seru bagi anak-anak, kembalinya permainan tradisional ini akan menjadi penguat keberadaan budaya lokal yang bisa menjadi nilai lebih bagi daerah. Menjadi daya tarik bagi daerah lain dan bagi banyak orang.

Berbagai aktivitas dikemas apik di KLG. Semangat literasi menjadi poin utamanya yang dikemas dalam bentuk edukasi baik budaya, kearifan lokal, edukasi satwa, olahraga, dan permainan tradisional.

"Hompimpah alaihom gambreng"

Siapa yang tidak rindu dengan kata kunci dalam permainan di atas. Bukan sekedar kata, ini merupakan bagian dari membangun tanggung jawab mereka. Bukan sekedar kata, ini untuk memupuk budaya mereka. Budaya antri, budaya mendahulukan orang lain yang itu tidak ada di gadget.

Di sini anak-anak akan melakukan kegiatan yang jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan di perkotaan seperti mainan lumpur, Air, Batu, dan Lari-larian yang begitu lekat dengan kehidupan tradisional di pedesaan zaman dahulu.

Saat berkunjung ke sini setiap pengunjung akan mendapatkan pengalaman berharga, baik sebagai anak maupun sebagai orang tua. Kebersamaan antara orang tua dan anak menjadi salah satu yang juga diperhatikan. Bersama keluarga bisa merasakan bagaimana serunya menanam padi.

Berbagai event ada di sini seperti event pasca panen, pengenalan budaya seperti wayang yang dikemas dengan edukasi wayang gamelan, mewarnai wayang. Di sini juga ada edukasi ternak dan satwa, lompat tali, terompet daun, tangkap bebek, patil lele, titian tali, gasing, gobak sodor, telepon kaleng, dolanan gedebog.

Tidak hanya itu, Irfandi bersama timnya juga berusaha melakukan penguatan bagi orang tua dengan melakukan edukasi melalui kegiatan parenting. Melalui kegiatan ini diharapkan ada keselarasan antara orang tua dan anak. Sehingga usaha untuk mengurangi anak dari kecanduan gadget juga bisa didukung oleh orang tua di rumah.

Permainan tradisional di sini bukan sekedar permainan tradisional. Dalam setiap aktivitas KLG akan selalu menguatkan literasi kebangsaan dan penanaman nilai Pancasila pada anak-anak.

Energi Kolaborasi dan Pemberdayaan di Kampung Lali Gadget

Satu Indonesia Award
https://iniklg.com/
Membangun suatu daerah tidak bisa dilakukan sendiri. Kolaborasi harus menjadi kunci. Pun dengan Kampung Lali Gadget. Untuk menjalankan setiap aktivitas Irfandi melibatkan pemuda dan masyarakat baik dari dalam desa maupun di luar desa.

Kolaborasi ini juga melahirkan pemberdayaan bagi mereka. Pemuda terberdayakan sebagai perencana, fasilitator, dan pendamping di KLG.

Keberadaan KLG secara bertahap juga ikut membangun geliat ekonomi di Wonoayu. Pengenalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) desa, dan menyediakan tempat berjualan bagi warga merupakan salah satu upaya yang dilakukan.

Tidak hanya perorangan, KLG juga hadir untuk membangun desa dan mengembangkan potensi ekonomi yang berhubungan dengan kegiatan yang dilakukan KLG. Misalnya membuat Udeng Pacul, ikat kepala tradisional khas Sidoarjo, kerajinan permainan anak untuk kemudian dijual.

Kampung Lali Gadget juga melibatkan orang tua di sekitar lokasi untuk membuat ecobricks dari sampah plastik sehingga secara ekonomi juga memiliki nilai manfaat lebih. Bisa membangkitkan semangat bersama untuk bisa produktif.

Tantangan Membangun Kampung Lali Gadget

Untuk menjadi besar seperti sampai sekarang tidaklah mudah berbagai tantangan harus dihadapi oleh Irfandi dan teman-teman. Tahun 2018 harus berjuang meyakinkan masyarakat. berkunjung dari rumah ke rumah, memberikan pemahaman kepada masyarakat, mengenalkan apa itu Kampung Lali Gadget. 

Meluangkan waktu di sela kesibukan untuk menyamakan pola pikir tim sehingga bisa satu visi. Menyatukan ide menjadi ide besar bersama. Beberapa hal ini menjadi tantangan yang dihadapi di awal. Termasuk bagaimana mengkondisikan anak-anak di awal-awal kegiatan.

Tantangan lainnya adalah keterbatasan, namun keterbatasan ini bisa dihadapi dengan semangat kebersamaan dan gotong royong serta swadaya anggota dan masyarakat. Sehingga terbentuklah Kampung Lali Gadget yang dirasakan dampaknya oleh masyarakat.

Tersiar hingga Pulau Seberang

Cita-cita besar untuk membangun bangsa dengan kontribusi positif di masyarakat menjadikan Kampung Laly Gadget ini terdengar juga gaungnya hingga beberapa daerah di nusantara. Tidak jarang mereka dari luar daerah datang untuk menggali lebih dalam tentang KLG dan ikut merasakan pengalaman mengikuti berbagai kegiatan di KLG.

Setiap Hari adalah Hari Anak

Setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Kampung Lali Gadget ini selalu ramai oleh pengunjung. Melalui berbagai event, pada 2018 KLG berhasil mendatangkan lebih dari 400 anak untuk mengikuti kegiatan. Anak-anak di desa ini bisa mengikuti kegiatan secara gratis. Sedangkan yang berasal dari luar harus membayar Rp. 15.000,- atau sesuai dengan event yang diadakan.

Dalam setiap kegiatan besar, KLG selalu menyedot perhatian masyarakat. Setidaknya 150-200 anak hadir untuk mengikuti kegiatan. Mereka berasal dari berbagai daerah di Jawa Timur.
Semangat Terpadu Astra
https://iniklg.com/

Pandemi Tak Menghalangi Kontribusi

Irfandi, pemuda kelahiran Sidoarjo pada 12 Mei 1993 ini terus berbuat untuk negeri. Berusaha mengamalkan ilmu yang didapatkannya selama menempuh S2 Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia Universitas Negeri Surabaya untuk bisa menjadi lebih bermanfaat.

Saat pandemi, KLG juga turut serta memberikan kontribusi melalui program Saling Sokong Gotong Royong. Ada Gotong royong sosial ekonomi dengan pemberdayaan warga terdampak ekonomi dalam pembuatan 6000 faceshield. Pemberian 50 paket sembako dan 20 paket biskuit, dan pembelian 900 botol bekas dari pemulung terdampak dan pemberdayaan warga untuk recycle botol.

Saling Sokong Gotong Royong berikutnya adalah Gotong Royong Kesehatan Sekitar. Berbagai kegiatan dilakukan mulai desinfeksi rumah-rumah warga di sekitar KLG, Pembagian 767 botol desinfektan secara gratis atau setara total 460 liter bagi warga Pagerngumbuk, edukasi bahaya Covid-19 dan pembagian 760 selebaran bagi warga dengan menggunakan pendekatan lokal yang dikemas dengan Bahasa Jawa.

Program lainnya adalah Peduli Medis. Dalam hal ini, KLG melakukan produksi faceshield dan mendistribusikannya secara ke seluruh Indonesia, serta program donasi masker N95.

Kampung Lali Gadget Layak Mendapat Apresiasi

Bagi Kampung Lali Gadget, setiap hari adalah hari anak. Irfandi berharap ke depan Indonesia menjadi ramah anak dan bijak gadget. Sehingga mereka menjadi generasi yang bisa memanfaatkan gadget sesuai dengan fungsinya dan tetap bisa bersosialisasi dengan masyarakat agar menguatkan nilai persatuan dan kesatuan bangsa ini.

Cita-cita besar dengan berbagai kegiatan yang dilakukan berhubungan dengan dunia pendidikan, kebudayaan, dan kearifan lokal sebagai solusi mengatasi kecanduan gadget menjadi alasan kenapa semua harus mengapresiasi.

Melihat perjuangan dan kontribusi nyata bagi masyarakat dan bangsa ini, tidaklah berlebihan ketika Kampung Lali Gadget bisa mengantarkan Irfandi sebagai sosok yang mendapatkan apresiasi dari Satu Indonesia Award Semangat Astra Terpadu pada tahun 2021.

Kampung lali Gadget bukti kegigihan Achmad Irfandi dan teman-temannya memberikan angin segar di tengah gempuran gadget. Anak-anak kini lebih akrab dengan alam sekitar. Berinteraksi dengan orang lain, mengasah kreativitas bersama, dan ikut mengenal dan menjaga lingkungan.

Related Posts

71 comments

  1. Masyaa Allah so Inspiring ya Kampung Lali Gadget ini. Aku setuju banget Kang. Anak-anak selain dibatasi gadget, juga diberikan alternatif kegiatan pengganti. Jadi mereka ga bingung.

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul sekali, bia rkemamuan berpikir anak juga tumbuh. Aktivitas fisik juga bisa berkembang

      Delete
  2. Bagus sekali idenya anak muda ini. Solutif dan berdampak. Baru tahu ada Kampung Lali Gagdet di Sidoarjo. Ini Sidoarjo kota atau kabupaten ya? Apa tempatnya bisa didatangi kapan saja? Menarik kalau bikin kegiatan di sana.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah Kak Nieke, ini di Sidoarjo kabupaten Kak. Kalau didatanginya bisa kapan aja sih, kalau event khusus ada di waktu tertentu. But dalam sehari-hari ada aktivitas literasi juga

      Delete
  3. Namanya bagus banget Kampung Lalu Gadget....bermanfaat sekali buat anak2 dan orang tua juga loh karena sekarang sulit terlepas dari gadget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Kak, terlintas pake nama lali gadget Suroboyoan banget bahasanya

      Delete
  4. Masya Allah ... ide dari Mas Irfandi ini out of the box. Keren.
    Dalam acara besar bisa mendatangkan 150-200 anak ke desa, itu juga keren. Mungkin lama-lama bisa seperti Kampung Inggris.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mbak Mugniar, dan tentunya ga mudah mengelola sejumlah itu anak-anak.

      Delete
  5. Super duperrr kuereeen kalau deket aku maau datang...kami sebagai orang tua sering banget cari kegiatan weekend yg berbau alam supaya anak2 teralihkan dr gadget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siapa tahu pas ke Jawa Timur bisa jadi salah satu yang harus masuk dalam daftar kunjungan bersama keluarga, kak

      Delete
  6. Keren, kampungnya menginspirasi sekali. Banyak permainan tradisional yang diperkenalkan saat banyak anak lain yang bermain gadget. ❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kak, orang tua yang mendampingi jadi bisa ikutan nostalgia

      Delete
  7. Tulisan yg sangat bagus..inspiring banget..bahasanya jg oke...tfs

    ReplyDelete
  8. Keren banget gagasan Kampung Lali Gadget ini, anak2 jadi menyukai kegiatan outdoor yang memang lebih seru ketimbang main game di hp. Apalagi kegiatannya cukup rutin ya, semoga kegiatan ini memberi inspirasi untuk daerah2 lainnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kak semoga terus menginspirasi daerah lain biar semangat ini menjadi semangat bersama untuk Indonesia bijak gadget pad aanak

      Delete
  9. Gagasan kampung lali gadget ini keren bat..
    Memang benar sekarang banyak anak-anak yang kecanduan gadget. Bukan hanya pola pikir mereka yang belum matang jadi masalah ketika gunakan gadget yang mudahkan untuk dapat berbagai info, tapi juga pola asuh ortu. Masih banyak ortu yang ngandalin gadget demi nenangin si buah hati ketika tantrum..
    Apa yang dilakukan oleh Irfandy layak diapresiasi, dan saya perlu beliau untuk diundang ke acara televisi yang menginspirasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah betul sekali kak Andri, nah boleh tuh langsung dikontak beliaunya.

      Delete
    2. Iya kak.. moga media televisi indonesia ada yang melirik beliau untuk masuk acara, kaya Kick Andy misalnya

      Delete
  10. Kereeen sekali mas irwandi and tim...

    ReplyDelete
  11. MasyaAllah, senang membaca kisah pemuda yang keren sperti ini

    ReplyDelete
  12. Duh, seru banget ya... BAnyak permainan tradisional yang coba dipopulerkan lagi. Dulu, waktu anak-anak masih SD/SMP, saya selalu membatasi dengan gadget, hanya sabtu minggu saja. Alhamdulillah berhasil

    ReplyDelete
    Replies
    1. Yeay, keren Pak Dokter. Sekali-sekali main ke sana dok, kan dekat Surabaya Sidoarjo

      Delete
  13. Wah, sangat menginspirasi sekali kak. Aku baru tahu ada gerakan kayak gini. Di zaman sekarang yang apa² serba gadget bisa menjadi alternatif untuk orang tuanya mengajak kesana. Semoga di daerah lain juga ada kegiatan seperti ini

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Kak. Asal mau mengasah kreativitas dan mau bersabar mengawali.

      Delete
  14. Tentunya ini sosok inspiratif yang langka. Ketika banyak orang ingin memanfaatkan teknologi, justru beliau ini ingin mengangkat kearifan lokal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, betul banget Kak Vicky, anak muda seperti ini yang harus didukung juga

      Delete
  15. Andai bisa diseriusi ada kampung Lalu Gadget di seluruh Indonesia, anak2 Indonesia bisa lebih berkualitas mainnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ikut membayangkan itu juga, kak. Namun ada PR besar juga harus memahamkan masyarakat agar mau menerima

      Delete
  16. Menarik ini idenya.. anak anak memang perlu dilatih berbagai aktivitas fisik agar sinkron antara pertumbuhan daya pikir dan kognitifnya.. teknologi ada untuk membantu kegiatan dan kegiatan bukan hanya teknologi semata

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kaka biar bisa berkembang secara seimbang kemampuan motorik, psikomotorik dan kognitif mereka

      Delete
  17. Saya juga pemikiran dengan Irfandy. Tentunya banyak orang yang sepemikiran dengan dia juga. Tapi menurutku yang membuatnya berbeda dan hebat adalah dia mampu untuk mewujudkan apa yang menjadi pemikirannya. Tapi tentunya itu tidak mudah jika tidak dibarengi dengan usaha yang gigih untuk mewujudkan niat baiknya itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, Kak semua orang bisa punya ide tapi pemenangnya adalah yang mau gigih mewujudkan ide itu

      Delete
  18. Benar-benar inspiratif. Bukan sekedar menuangkan rindu ke masa lalu, tapi memang proses bermain seperti ini kaya akan nilai-nilai yang baik. Semoga ada yang mau tergerak di desa saya juga. Pasti tidak keberatan inovasinya diadopsi ya.

    ReplyDelete
    Replies
    1. pastinya akan senang juga mas Irfandi alau ada yang ikut mendukung gerakannya. sekalian aja komunikasi, kak.

      Delete
  19. Wah.. Jarang banget nih ada kampung seperti ini yang memberikan edukasi dan permainan dgn secara menyenangkan sehingga anak-anak bisa mencintai negeri ini dgnbll lewatbentuk permainan tradisional

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul nih, bukan hanya mengarahkan anak menggunakan gadget dengan bijak, tapi juga ada literasi Pancasila dan kebangsaan melalui permainan dan kearifan lokal yang diangkat

      Delete
  20. Keren banget ni masnya sudah jarang sekarang generasi muda yang peduli hal-hal tradisional seperti ini. semoga semakin banyak lagi generasi Irfandi berikutnya yang dapat membantu anak-anak mengerjakan yang lebih bermanfaat sesuai dengan usianya

    ReplyDelete
  21. Seneng kalau ada tokoh inspiratif yang peduli terhadap psikis dan fisik anak-anak. Kampung lali gadget juga bagus untuk anak-anak dalam melatih sisi emosional lewat sosialisasi dengan sesama dan mengajak anak-anak aktif bergerak. Semoga insiasi kampung ini menular ke tempat lain jadi banyak kampung lali gadget yang lain. ❤️

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kak di era gadget ini kemampuan sosialisasi anak menjadi hal yang harus menjadi perhatian

      Delete
  22. Juereeen banget semoga banyak yg membuat kampung anti gadget spt ini di berbagai daerah supaya anak2 tidak ketergantungan thd gadget

    ReplyDelete
  23. Sedih sih melihat anak jaman now ga bisa lepas dari gadget dan jarang bermain bebas di alam. Fasilitas semacam kampung lali gadget ini perlu diadain di kota-kota juga. Biar semua anak merasakan serunya bermain tampa gadget

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, Kak. Biar mereka tahu kalau ada permainan asli yang tak kalah seru dari gadget

      Delete
  24. Wah keren sekali. Permainan yang tampak begitu langka ini dulunya adalah pemandangan sehari-hari kala saya kecil dahulu. Biasanya sore selepas pulang sekolah, saya dan teman-teman berkumpul untuk memainkan berbagai macam permainan. Duh, jadi kangen masa-masa itu.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya, kak. Abis dari sekolah makan siang, terus datang ke tempat tertentu yang biasa jadi pusat bermain. main deh

      Delete
  25. Bagus sekali ini idenya. Kadang-kadang anak-anak tuh main gadget aja karena memang di dekat rumahnya nggak ada lahan terbuka untuk bermain. Kebetulan lapangan RT di kompleksku sering "diserbu" anak-anak dan remaja dari rumah-rumah di dalam gang sekitar kompleks yang pengen main bola, sepedaan, atau lari-larian.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul, kak salah satunya ini. Hal lainnya adalah karena orang tua juga kadang over protective,. Lebih senang anak duduk anteng di rumah dengan gadget.

      Delete
  26. Wow! Salut melihat Kampung Lali Gadget ini. Niat banget bikinnya dan ternyata bisa berdampak buat masyarakat.

    ReplyDelete
  27. kalau di Serang setiap tahun suka ada nih Festival Dolanan Tradisional. dulu waktu masih jadi reporter aku tiap tahun ikut liputan, jadi bisa ngerasain lagi permainan-permainan jaman kecil yang sekarang hampir gak pernah keliatan lagi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah asik banget ya mb. Tiap report ke laangan bisa dapat hal baru dan ikut ngerasain apa yang ada dan dilakukan masyarakat

      Delete
  28. Perlu ada memang Kampung seperti ini, karena menginspirasi biar kita itu gak keseringan menatap gadget. Apalagi buat anak-anak agar lebih banyak bersosialisasi

    ReplyDelete
    Replies
    1. Betul Mb Fenni, kebanyakan nonton gadget ntar lupa kalau punya tetangha, lupa punya bapak ibu yang harus di urus.

      Delete
  29. keren banget sih yaa idenya, apalagi sekarang tuh kaya terikat banget kegiatan sehari2 sama gadget, klo ada wisata atau pun kegiatan ke alam juga dolanan tradisional gini tuh bisa jadi solusi mengurangi dampak gadget buat anak-anak ya, dan bisa juga buat orang dewasa

    ReplyDelete
  30. Salut banget dengan mereka yang mempunyai jiwa pejuang seperti ini, tidak hanya memikirkan diri sendiri. Tentunya gerakan yang beliau lakukan dampak sosialnya besar. Keren!

    ReplyDelete
  31. Anak-anak gembira walaupun mainnya sama lumpur .kampung lali melupakan gadget sejenak

    ReplyDelete
  32. bagus ini yaa kampung lali gadget karena bikin anak2 jadi kembali membumi dan memanfaatkan permainan2 jadul yang justru bagus untuk perkembangan

    ReplyDelete
  33. Ternyata anak-anak bisa kok ya.. kalau diberi aktivitas yang menghabiskan energi dan jadi gak fokus sama gadget mereka lagi. Semoga Kampung Lali Gadget bisa mengajarkan kita sebagai orangtua untuk meluangkan lebih banyak waktu untuk anak-anak bermain bersama.

    ReplyDelete
  34. luar biasa kontribusinya karena gadget susah banget dipisahkan dari anak anak. dengan banyak aktifitas diluar rumah begini beneran menyenangkan ya

    ReplyDelete
  35. salut nih dengan kepedulian Mas Irfandi terhadap dunia anak, sudah seharusnya sih ya, permainan tradisional bangkit lagi, dekat lagi pada anak-anak.
    mereka tetap bisa menyeimbangkan bermain permainan tradisional dan juga gadget seperlunya.
    jadi pengen deh bisa bawa anak-anak ke Kampung Lali Gadget suatu hari nanti.

    ReplyDelete
  36. Bangga banget sama mas Irfandi ini
    Anak muda yang peduli akan nasib generasi mendatang dan kearifan lokal daerahnya

    ReplyDelete
  37. ah keren banget, salut sih sama orang-orang yang punya ide kreatif gini ya, anak-anak pasti senenglah kalau ada yang lebih seru ketimbang gadget :)

    ReplyDelete
  38. Gadget ini memang salah satu efeknya bikin anak jadi malas main di luar yaa. Aku aja sampai sebel kalau anakku maunya main gadget terus. Keren banget ini ide kampung lali gadgetnya bisa bikin anak jadi main mainan tradisional lagi

    ReplyDelete
  39. yoi, dampak gadget buat anak kalo berlebih itu gak baik.. ya semuanya sih, sesuatu yang berlebih pastinya gak baik, cuma uang mungkin hahaha. sedari kecil kearifan lokal sekitar emang penting banget ditanamkan ke generasi-generasi muda, banyak permainan tradisional yang bisa dipopulerkan lagi, suka sedih kalo denger suara "enemy has been slain".. eh..

    ReplyDelete
  40. Saat baca judul artikel ini langsung penasaran dengan Irfandi dan bagaimana dia membangun kampung Lali Gadget. Ternyata keren banget konsepnya ya. Ini bagus sih, mengingat anak-anak zaman sekarang lengket banget dengan HP. Not good menurutku kalau sampai mereka lupa main di luar. Ah, sukses ya dan semoga ada lebih banyak kampung lali gadget lainnya di Indonesia

    ReplyDelete
  41. Ide dari mas Irfandi perlu digalakkan di daerah-daerah lain nih. Biar anak-anak gak ketergantungan teknologi. Yang lucu, ketika ditanya tentang sesuatu yang itu pengetahuan umum, mereka lebih suka cari langsung di internet, dan berkata "Cari Aja Jawabannya di Google".

    Peraturan jam belajar, seperti jam 8-10 harus belajar juga mestinya diperketat lagi..
    Tapi agak bingung juga sih dengan peraturan ini, karena sekarang jam sekolah anak jadi lebih banyak..

    ReplyDelete
  42. Pengen banget maen ke KLG ngajak anak-anak

    ReplyDelete

Post a Comment