Makna Kemerdekaan Bagi OYPMK, Seperti Apa?

Konten [Tampil]
Diskriminasi pada penyandang disabilitas baik karena kusta atau lainnya masih kerap terjadi di masyarakat. Masalah terbesar yang dihadapi oleh penyintas kusta adalah penerimaan masyarakat terhadap mereka.

Terjadinya diskriminasi pada OYPMK sebagian besar terjadi akibat kurangnya informasi tentang kusta itu sendiri. Di era modern ini masyarakat masih saja menganggap kusta adalah kutukan. Kusta adalah penyakit menular yang tidak bisa disembuhkan. Padahal faktanya penyakit ini bisa disembuhkan.

Sedangkan pada penyandang disabilitas lainnya masih berkembang stigma kalau mereka tidak bisa di produktif. Adanya anggapan mereka memiliki keterbatasan beraktivitas menjadi salah satu penyebab berkembangnya stigma negatif di masyarakat.

Ujungnya, mereka OYPMK dan penyandang disabilitas lainnya mengalami hambatan untuk bisa meraih kemerdekaan dalam hidup mereka. Sulit bagi mereka untuk bisa beraktivitas seperti orang lain pada umumnya

suara untuk indonesia bebas kusta

Dampak Diskriminasi OYPMK dan Penyandang Disabilitas

Masyarakat masih enggan menerima orang yang pernah mengalami kusta (OYPMK) di lingkungan tempat tinggal mereka. Padahal mereka sudah melakukan rangkaian pengobatan kusta dan telah dinyatakan sembuh. Akibatnya, predikat penyandang kusta terus melekat kepada diri OYPMK.

Dampak dari diskriminasi pada OYPMK dan penyandang disabilitas lainnya yaitu
  1. Tanpa disadari diskriminasi pada penyandang kusta dan disabilitas lainnya menimbulkan permasalahan psikologis bagi orang yang pernah mengalami kusta.
  2. OYPMK tidak mendapatkan tempat di masyarakat sebagaimana orang pada umumnya, atau mengalami gangguan hubungan sosial diakibatkan ketidaktahuan masyarakat akan kusta dan karena stigma negatif yang begitu kuat di masyarakat.
  3. OYPMK dan penyandang disabilitas lain mengalami kesulitan dalam pemenuhan hak hidup mereka seperti untuk memenuhi hak pendidikan, hak untuk bisa mendapatkan lapangan pekerjaan, dan lain sebagainya.
Tentu hal di atas perlu mendapatkan solusi sehingga stigma negatif masyarakat terhadap kusta bisa berkurang bahkan hilang sekali.

Dampak lain dari diskriminasi yang terjadi adalah OYPMK dan penyandang disabilitas lainnya tidak memiliki kebebasan untuk berkarya atau belum merdeka akibat tidak bisanya mereka kembali sepenuhnya pada lingkungan masyarakat setelah dinyatakan sembuh.

Makna Kemerdekaan Bagi OYPMK dan Penyadang Disabilitas

Berbicara tentang diskriminasi yang terjadi pada OYPMK memang tidak ada habisnya. Meskipun sudah berulang kali diberikan informasi penyadaran, masih saja stigma negatif tumbuh di masyarakat. Ujungnya, OYPMK sulit mendapatkan tempatnya kembali di lingkungan setelah dinyatakan sembuh.

Bagaimana OYPMK dan penyandang disabilitas lainnya memaknai apa yang terjadi ini? Apa makna kemerdekaan bagi OYPMK dan penyandang disabilitas lainnya?

Bertepatan dengan bulan Kemerdekaan Indonesia, KBR Ruang Publik bersama NLR Indonesia kembali hadir memberikan penyadaran kepada masyarakat tentang kusta. Melalui live streaming channel youtube, Talkshow KBR kali ini mengangkat tema Makna Kemerdekaan Bagi OYPMK, seperti apa?

Untuk menggali lebih jauh tentang apa makna dari kemerdekaan bagi OYPMK dan penyandang disabilitas lainnya, KBR Ruang Publik menghadirkan dua narasumber yaitu Dr. Mimi Mariani Lusli dari Direktur Mimi Institute, dan Marsinah Dhedhe selaku OYPMK/aktivis perempuan dan difabel.

Dr. Mimi Mariani Lusli dari Direktur Mimi Institute

makna kemerdekaan bagi oypmk
Mimi Institute merupakan sebuah organisasi yang dimulai pada 2009 silam. Tujuannya adalah untuk merangkul para penyandang disabilitas agar bisa memiliki optimisme untuk sembuh dan berkarya di masyarakat.

Semua bermula dari pengalaman Dr. Mimi yang mengalami disabilitas karena netranya. Tentu penerimaan masyarakat terhadapnya juga yang menjadi salah satu penyemangat bagi dirinya untuk ikut berkontribusi menyebarkan kebaikan dan mengurangi diskriminasi.

Berbagai kegiatan dilakukan agar membiasakan masyarakat untuk menumbuhkan toleransi. Melalui Mimi Institute dr. Mimi memberikan layanan konsultasi, edukasi anak remaja kebutuhan khusus, edukasi masyarakat melalui seminar dan kegiatan publikasi tulisan dan buku. Pembuatan modul untuk bangun kesadaran pada masyarakat juga dilakukan. Termasuk menebar informasi dan pengetahuan sehingga mereka sadar kalau disabilitas juga memiliki hak hidup yang sama.

Bagi dr. mimi kemerdekaan itu adalah masyarakat menerima penyandang disabilitas dan OYPMK ketika mereka kembali ke lingkungan. Mereka diberikan kesempatan luas untuk mengekspresikan diri. Mendapatkan kesempatan untuk berkarya dan memperoleh hak-haknya sebagaimana orang pada umumnya.

Marsinah Dhedhe selaku OYPMK/Aktivis Perempuan dan Difabel

makna merdeka bagi oypmk
Jika dr. Mimi memaparkan makna kemerdekaan bagi disabilitas, maka Marsinah Dhedhe atau akrab disapa Dhedhe berbicara mewakili OYPMK.

Memulai pembicaraannya, Dhedhe mengungkapkan jika banyak orang yang kaget saat tahu dirinya membagikan informasi talkshow ini pada sosial medianya.

Dia menceritakan bahwa pertama kali mengalami kusta pada usia 8 atau 9 tahun. Saat itu sedang duduk di sekolah dasar. Kelas tiga atau empat sekolah dasar.

Singkat cerita ketika itu dia mendengarkan yang kebetulan membahas tentang kusta. Sambil mendengarkan, dia mencoba mengidentifikasi dirinya sendiri. Kulit tebal, warna memutih, beda dengan warna lain, dan mati rasa.

Mengetahui dirinya memiliki ciri-ciri sebagaimana disebutkan dalam siaran radio, dia segera meminta orang tua untuk mengantar ke Puskesmas. Setelah dilakukan pemeriksaan itulah dia tahu kalau dirinya betul-betul mengalami kusta.

Guncangan Psikologis OYPMK dan Penyandang Disabilitas

Informasi yang keliru tentang kusta dan disabilitas akan menyebabkan stress. OYPMK dan disabilitas, saat mengetahui dirinya mengidap kusta atau disabilitas lainnya akan menyebabkan kondisi kejiwaan mereka terguncang.

Penyebab guncangan kejiwaan ini tidak hanya dari dalam namun juga dari luar, diantaranya;
  1. Kusta adalah penyakit kutukan, penyakit yang tidak bisa disembuhkan. Informasi ini menjadikan mereka yang divonis kusta menjadi terpukul dan tidak siap. Kondisi ini jika tidak dibarengi dengan konseling akan semakin memperburuk keadaan mereka.
  2. Penyintas takut menular pada orang lain. Sehingga mereka menarik diri dari pergaulan. Pun dengan mereka yang di sekitar, menghindari karena takut tertular.
  3. Orang memahami disabilitas sebagai orang yang tidak sempurna. Padahal mereka memiliki kemampuan yang sama. Memiliki kesempatan yang sama. Seringkali orang melakukan pengadilan, mengedepankan asumsi pribadi daripada membuktikan kebenaran kalau disabilitas juga sama seperti orang pada umumnya.
  4. Stigma negatif yang masih kuat sehingga mempengaruhi pemulihan pada penderita kusta.

Mencapai Kemerdekaan Bagi OYPMK dan Disabilitas

Untuk mencapai kemerdekaan bagi OYPMK dan penyandang disabilitas, maka perlu dukungan dan kerjasama semua pihak. Merangkum dari apa yang disampaikan dr. Mimi Mariani Lusli dan Marsinah Dhedhe, berikut hal yang perlu dilakukan bersama untuk mencapai kemerdekaan bagi mereka.
  1. Adanya dukungan dari keluarga yang terus merangkul, memeluk, dan memberikan pelukan hangat. Setidaknya ini akan memunculkan semangat dan rasa percaya diri.
  2. Tetap berikan kesempatan bagi yang mengalami kusta dan penyandang disabilitas untuk tetap mendapatkan haknya, misal bisa sekolah.
  3. Berani berbicara saat ada penolakan tujuannya untuk menjelaskan kepada mereka fakta sebenarnya tentang kusta. Sehingga mereka menjadi tahu informasi yang sebenarnya.
  4. Melibatkan OYPMK dan penyandang disabilitas dalam kegiatan di masyarakat. Misal dalam kegiatan sosialisasi dan pendampingan utamanya di tempat yang masih kuat stigma negatifnya pada kusta.

Kesimpulan

Stigma yang masih begitu kuat di masyarakat tentang kusta dan adanya diskriminasi bagi penyandang disabilitas merupakan pekerjaan rumah yang harus segera diatasi. Pemerintah sudah mengeluarkan regulasi, namun tetap membutuhkan kerjasama sehingga bisa terimplementasikan pada tingkat paling bawah dan dirasakan keberadaan dari aturan yang telah dibuat.

Sosialisasi, edukasi perlu dilakukan bersama oleh semua pihak. Pemahaman yang tepat, dan informasi yang benar akan mengikis stigma. Semakin hari akan semakin berkurang, dan tingkat penerimaan masyarakat kepada OYPMK dan penyandang disabilitas akan semakin membaik.

Mereka akan dapat menjalankan aktivitas sehari-hari sebagaimana orang pada umumnya karena penerimaan masyarakat. Pada akhirnya, saat mereka mendapatkan hak mereka untuk belajar, bekerja, dan bersosialisasi akan memberikan kemerdekaan bagi diri mereka

Related Posts

36 comments

  1. Salut untuk Dr Mimi dengan Mimi Institute-nya. Setuju jika kemerdekaan itu jika masyarakat menerima kembali ke lingkungan para penyandang disabilitas dan OYPMK. Juga memberi kesempatan mereka untuk mengekspresikan diri dan berkarya serta memperoleh hak-haknya

    ReplyDelete
  2. Ternyata OYPMK singkatan dari orang yang pernah mengalami kusta ya?
    Di awal tulisan saya menebak-nebak, karena jangankan OYPMK yang menjadi penyandang difabel gara-gara kusta
    sebagai pasien epilepsi, yang notabene gak kelihatan, tapi diskriminasi sangat nyata
    Sedih banget

    ReplyDelete
  3. Ternyata OYPMK singkatan dari orang yang pernah mengalami kusta ya?
    Di awal tulisan saya menebak-nebak, karena jangankan OYPMK yang menjadi penyandang difabel gara-gara kusta
    sebagai pasien epilepsi, yang notabene gak kelihatan, tapi diskriminasi sangat nyata
    Sedih banget

    ReplyDelete
  4. Saya setuju, fokusnya di keluarga dulu. Jalau keluarga udah nerima, lalu suport, menunjukkan pada dunia kalau anaknya sama seprti anak lainnya biasanyaa 99 persen anaknya akan percaya diri. Org luar juga akan takut kalau membuli, karena keluarga pasti ngebela...

    Tapi... kebanyakan dari keluarga sendiri yang justru membuli.

    Semoga kemerdekaan dirasakann oleh semua kalangan masyarakat Indonesia apapun keadaannya.

    ReplyDelete
  5. Dukungan untuk OYPMK dan penyandang disabilitas memang penting banget ya, karena kalau dibiarkan mereka terus mengalami diskriminasi, jadinya mereka akan jadi orang-orang yang makin menarik diri dan nggak akan pernah bisa mandiri dan merasakan kemerdekaan

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah saat ini fasilitas publik udah ramah buat OYPMK ya kak

      Delete
    2. Iya sekarang ini udah banyak fasilitas umum yang ramah buat disabiltas. Sebenarnya mereka ini jika punya potensi harusnya bisa bersaing dengan yang lain tanpa adanya diskriminasi

      Delete
  6. Yang non disabilitas saja kadang dibully n dicela ya kak. Tapi hal tersebut jadi pembelajaran apalagi klo udah punya anak supaya senantiasa berbuat baik dan rukun dengan siapapun

    ReplyDelete
  7. Menjauhi diskriminasi terhadap OYPMK menjadi bagian perhatian semua pihak. Punya kemerdekaan sama seperti lainnya

    ReplyDelete
  8. Merdeka itu buat semua rakyat Indonesia. Termasuk yang OYPMK. Tiada perbedaan di antara kita. Semoga OYPMK jauh dari diskriminasi ya. Aamiinn

    ReplyDelete
  9. Baru ngeh di tengah2 tulisan ttg singkatan dr OYPMK, ternyata masih banyak yg masih menjajah hak kemerdekaan sahabat lain yg sedang menderita sakit ini. semoga segera hilang diskriminasi ini

    ReplyDelete
  10. Sudah 77 tahun Indonesia Merdeka. Sudah semestinya para OYPMK merdeka dari stigma dan diskriminasi. Semoga edukasi sangat baik ini dapat terus berlanjut tanpa henti, sampai hilang stigma dan diskriminasi yang ada.

    ReplyDelete
  11. Salut dengan para OYPMK. Mereka penyintas sejati dan semoga semakin mendapatkan kesetaraan seiring dengan semakin luasnya edukasi tentang Kusta dan dukungan kita semua

    ReplyDelete
  12. Ini setuju banget, sosialisasi dan edukasi harus terus digencarkan dan perlu dilakukan bersama oleh semua pihak supaya gak ada diskriminasi lagi untuk OPMYK biar sama-sama merasakan arti merdeka

    ReplyDelete
  13. Stigma di masyarakt terkait OYPMK dan disailitas ini memang belum semua baik, sehingga kemerdekaan bagi mereka masih sebatas impian.
    Semoga dengan edukasi dan banyaknya kajian mengenai OYPMK, bisa sama-sama menciptakan lingkungan yang menyenangkan dan aman di masyarakat.

    ReplyDelete
  14. salah satu adikku menderita kusta. syukurlah dia serius berobat dan patuh meminum obatnya hingga setahun lamanya. Alhamdulillah dia dinyatakan sembuh oleh dokternya

    ReplyDelete
  15. Miris memang ya kalau ada orang yang memandang sebelah mata para penyandang disabilitas, padahal seharusnya kita saling merangkul

    ReplyDelete
  16. Iya, jaman aku masih kecil pasien kusta dirawat di daerah cipanas tuh aku inget banget. Jadi rumah sakitnya semacam kompleks villa-villa gitu. Tapi kata ortuku itu buat yang orang kaya sedangkan yang miskin ditempatkan di sebuah desa terpencil yang terisolasi dari orang luar karena kusta dianggap menular kala itu (era tahun 70an-80an). Tapi sekarang kusta sudah bisa disembuhkan jadi pasien tidak perlu lagi dkucilkan. Sama seperti pasien epilepsi yang jaman sekarnag juga sudah bisa disembuhkan. Jadi bisa diberdayakan untuk berkarya

    ReplyDelete
  17. Pernah denger cerita ayah kalo ada orang yang kena kusta jari tangannya bisa putus saking mati rasanya, sampai sekarang jujur kena stigma kalau OYPMK itu bakalan bisa nularin penyakit, walau sampai sekarang belum pernah ketemu penderitanya sih, tapi baca tulisan ini membuat diriku jadi tenang bahwa sebenarnya gak masalah berteman dengan mereka

    ReplyDelete
  18. edukasi tentang OYPMK agar bisa diterima dengan baik tanpa diskriminasi di tengah masyarakat emang harus terus dibangun ya mba, biar bisa setara dan merdeka dengan segala aktivitas yang dibutuhkan

    ReplyDelete
  19. sayang stigma masyarakat membuat makna kemerdekaan bagi oypmk menjadi rancu, semoga ada solusi yang bisa menengahi

    ReplyDelete
  20. Dukungan untuk OYPMK harus kita lakukan supaya mereka bebas untuk berkreasi dan bebas beraktivitas tanpa harus menanggung stigma terus menerus

    ReplyDelete
  21. Stigma negatif yang sudah melekat erat pada diri OYPMK sangat sulit diluncurkan dalam waktu singkat. Butuh waktu dan effort yang besar...
    Semoga masyarakat kita makin cerdas, makin tau apa itu kusta

    ReplyDelete
  22. Stigma OYPMK ini masih negatif di masyarakat. Mereka nggak tau bahwa kusta menularnya sangat sulit dan mereka tetap ada hak untuk sosialisasi dan berkarya. Semoga semakin merdeka ya dengan adanya edukasi yg masif

    ReplyDelete
  23. Suka sedih, heran, kesel sama orang-orang yang masih mendiskriminasikan dpenyandang disabilitas dan oypmk. Padahal masih sesama manusia, sesama makhluk Tuhan, ya. Gak ada bedanya... Selalu berharap semoga stigma-stigma negatif tentang mereka bisa hilang dan kita semua bisa hidup berdampingan dengan damai tanpa ada yang merasa tersakiti...

    ReplyDelete
  24. Semoga sosialisasi tentang OYPMK seperti ini selalu diadakan di berbagai tempat, supaya masyarakat pikirannya lebih terbuka sehingga OYPMK bisa benar-benar merdeka dan mendapatkan haknya, dimulai dari penerimaan dari masyarakat.

    ReplyDelete
  25. Semoga berbagai pihak khususnya pemilik usaha dan masyarakat semakin mau menerima keberadaan oypmk karena mereka layak mendapat hak sebagai manusia lainnya

    ReplyDelete
  26. Setuju Mbak. Walauoun prosesnya memang sangat lama, tapi kusta bisa sembuh. Ada kenalanku yang pernah memgalami ini.

    ReplyDelete
  27. Dengan semakin luasnya edukasi tentang Kusta dan dukungan dari kita semua, semoga para OYPMK tidak lagi mengalami diskriminasi. Hidup lebih baik, tenang, dan merdeka.

    ReplyDelete
  28. Benar banget, untuk OYPMK dan disabilitas sebenarnya butuh bnget support dari lingkungan sekitarnya. Seringnya mereka malah juga kena diskriminasi dalam lingkungannya sehingga memang support dari keluarga dan teman2 terdekat penting sekali yaa

    ReplyDelete
  29. wah baru aja tadi pagi baca yang ramai-ramai di twitter tentang komika yang nyinggung difabel, padahal mestinya didukung dan dibantu ya. begitu juga OYPMK.

    ReplyDelete
  30. Bener banget mbak stigma masih kuat ya jadi oypmk susah juga buat bersosialisasi dan bekerja di ranah publik. Moga ada solusi yang realistis ya dari pemerintah

    ReplyDelete
  31. Dukungan untuk OYPMK dan disabilitas memang harus kita lakukan, karena mereka juga memiliki hak untuk penghidupan yang layak

    ReplyDelete
  32. Di tempat ku ada juga yang punya keluhan gatal-gatal di badan, tapi sepertinya warga tak pernah memandang sebelah mata. Bahkan ia bekerja. Beruntunglah jika semakin banyak orang yang mendukung karena mereka juga sama dengan kita, sama-sama ciptaan Tuhan.

    ReplyDelete
  33. Bagi oypmk kemerdekaan sesungguhnya adalah merdeka dari stigma dan bisa menjalani kehidupan dengan normal ya mbak

    ReplyDelete
  34. Bener kak, dukungan paling utama agar oypmk maupun penyandang disabilitas lainnya terus punya semangat untuk mandiri adalah dari lingkungan keluarga sendiri dulu.
    Semoga kita tetap saling bersinergi dan mendukung langkah mandiri dan merdeka berkreasi para oypmk dan para disabilitas lainnya, ya kak.
    Mau memberi ruang dan support buat mereka.

    ReplyDelete

Post a Comment