Review Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim

5 comments
Konten [Tampil]
Pada tulisan sebelumnya saya sudah menuliskan ulasan Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim Buku Pertama. Pada buku pertama yang terdiri dari 225 halaman Ustaz Adriano Rusfi memulai dengan Pengantar : Mengembalikan Lelaki Luqmanul Hakim. Dalam pengantarnya Ustaz Aad juga menyampaikan bahwa peran ayah sangat strategis, sedang peran bunda pada hal teknis. Ayah harus mengambil peran dalam membangun visi dan misi keluarga, dan anak-anak ke depan.

Kemudian dilanjutkan dengan lima bab lainnya, yaitu Ayah perancang visi, misi, dan strategi pendidikan keluarga, Ayah Penanggung jawab pendidikan, Ayah konsultan bunda, Ayah sang raja tega, dan Ayah Pendidik Aqidah dan Keimanan.

menjadi lelaki luqmanul hakim review
Buku Pertama dan Kedua

A. Identitas Buku

Buku kedua ini memiliki judul yang sama dan dicetak pada waktu yang sama dengan Buku Pertama, yang membedakan adalah pada jumlah halamannya.
  • Judul : Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim Buku Kedua
  • Penulis : Adriano Rusfi
  • Penerbit : Aqil Baliq Institute
  • Tahun Terbit : 2021
  • Cetakan Pertama : Juli 2021
  • Jumlah Halaman : 218 Halaman
  • Harga Buku : Rp. 155.000,- (Paket dengan Buku Kedua)

B. Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim Buku Kedua

Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim merupakan buku yang berisi peran lain seorang ayah yang terbagi menjadi sebelas peran. Dimana lima (5) peran pertama sudah dibahas pada Buku Pertama sebagaimana disebutkan di atas.

Menjadi Lelaki Luqmanul Hakim Buku Kedua ini terdiri dari 6 peran lain seorang ayah, yaitu:

1. Ayah Pendidik Ego dan Individualitas (Bab 6)

Pada Bab ini Ustaz Aad menyebutkan bahwa bangsa Indonesia adalah one of the most suggestable people. Mudah sekali dipengaruhi dan tidak mampu mempengaruhi. Salah satunya adalah karena ketiadaan ayah.

Beliau mengungkapkan bahwa Ego dan Individualitas adalah topik yang sangat krusial dalam pendidikan anak. Sedangkan di Indonesia kedua kata ini memiliki konotasi negatif. Sehingga jarang dimasukkan dalam pendidikan anak-anak.

Ini terjadi karena kesalahan dalam memahami makna, dimana orang menganggap ego dan egoisme adalah sama, pun dengan individualitas dan individualisme. Padahal keduanya adalah hal yang berbeda.

Akibat abainya terhadap pendidikan ego dan individualitas muncullah pedofilia, sodomi, latah, kesurupan, hipnotis, sihir, relapse narkoba, hingga munculnya geng motor.

Selain ada akibat, bab ini juga dibahas tentang manfaat pendidikan ego dan individualitas, kapan mendidik ego dan individualitas, serta bagaimana mendidik edo dan individualitas.


2. Ayah Pendidik Sistem Berpikir (Bab 7)

Mendidik sistem berpikir menjadi hal penting dalam pendidikan untuk dapat mewujudkan anak yang mampu berpikir dengan matang, memecahkan masalah, dan memikul resiko dari keputusannya.

Ustadz Aad dalam bukanya menuliskan tentang 4 (empat ) tingkat penggunaan otak, yaitu:
  1. Otak sebagai gudang, dimana informasi yang dipelajari selanjutnya hanya disimpan.
  2. Otak digunakan sebagai perpustakaan, yaitu informasi yang masuk ditata, dirapikan, dan diberi katalog.
  3. Otak digunakan sebagai laboratorium. Pada bagian informasi tidak sekedar ditata, dirapikan namun sudah berputar. Pada tingkatan inilah seseorang dikatakan mampu untuk berpikir.
  4. Otak sebagai production house. Pada bagian ini , informasi yang dipelajari dikembangkan, hingga menjadi informasi baru, bahkan menjadi karya dan kreasi.
Selain hal di atas, pada bab ini juga dibahas bagaimana cara mengajarkan sistem berpikir.

3. Ayah Pendidik Kemandirian (Bab 8)

Disebutkan bahwa mandiri merupakan salah satu ciri dari aqil balik pada seorang anak. Membangun kemandirian merupakan sebuah upaya untuk merubah anak dari tergantung kepada orang tua (dependent) menjadi anak yang merdeka dan tidak tergantung (independent). Independent di sini tidak berarti bahwa seorang anak bebas sebebasnya.

Bab ini memberikan keterangan bahwa from dependent to interdependent merupakan sebuah langkah untuk memulai mendidik kemandirian pda anak. Langkah berikutnya adalah form independent to interdependent, yaitu dari anak-anak yang tidak bergantung menjadi saling bergantung, saling membutuhkan.



4. Ayah Pendidik Entrepreneurship (Bab 9)

Entrepreneurship menjadi salah satu hal yang harus diajarkan pada anak. Tujuannya adalah tak lain untuk mengajarkan pada anak salah satu cara bagaimana agar dapat bertahan hidup.

Mengapa pendidikan entrepreneurship harus diberikan kepada anak? Karena dalam hidup tidak ada yang pasti, tidak ada yang aman dalam hidup, hidup semakin keras dan hebat, anak hidup pad disruption era (era yang berubah dengan begitu cepatnya), bencana datang tiba-tiba, dan perlu kecakapan hidup.

Dalam bab yang terdiri dari 32 halaman ini, saya tertarik dengan 8 prinsip enterpreneurship yang perlu diajarkan ayah, yaitu:
  1. Hidup adalah kemungkinan
  2. Hidup adalah resiko
  3. Hidup adalah fluktuasi
  4. Hidup adalah perjuangan
  5. Hidup memiliki hukum
  6. No pain, No gain.
  7. Easy come, easy go
  8. Berani hidup, tak taku mati

5. Ayah Smart Mencari nafkah (Bab 10)

Saat membaca bab ini saya merasa tertampar. Sebagai ayah dalam bab ini kita ditekankan untuk berpikir strategis tentang cara kita mencari nafkah.

Ini dia kutipan yang membuat saya tertampar sebagai seorang ayah. 
Setiap laki-laki akan berkata, “ Aku mencari nafkah untuk keluarga.” Namun sayangnya, banyak keluarga menjadi korban karena sang kepala keluarga terlalu sibuk mencari nafkah. Waktunya habis begitu banyak di pekerjaan, sampai-sampai tidak ada waktu untuk mendidik keluarga, khususnya anak. Untuk itu, menurut Ustad Aad ayah harus mampu bekerja cerdas, bukan kerja keras sehingga memiliki waktu untuk kerja keras.
Dalam buku ini Ustad Aad juga membahas tentang pra syarat smart mencari nafkah yang terbagi menjadi tujuh.

6. Remote Fatherhood (Bab 11)

Remote fatherhood bisa diartikan sebagai long distance father. Sebuah kondisi dimana seorang ayah harus berada jauh dari keluarganya. Di sini diungkapkan ada beberapa hal yang menjadikan ayah harus jauh dari rumah, yaitu:
  1. Tanggung jawab nafkah
  2. Tanggung jawab pekerjaan
  3. Tanggung jawab dakwah
  4. Tanggung jawab jihad (Berperang atau menuntut ilmu)
  5. Tuntutan keilmuan
  6. Multiple Responsibility.

7. Penutup: Ayah, Pulanglah

Bagian ini berisi hal yang sangat menggugah diri dan jiwa, di antaranya paparan Ustadz Aad tentang sebuah hasil penelitian di BNN Provinsi DKI Jakarta tahun 2006, yaitu:
“Anak yang kurang dekat dengan ayahnya, TUJUH KALI LIPAT lebih mudah terkena narkoba daripada anak yang dekat dengan ayahnya”.
Kutipan lain dari buku yang dituliskan Ustad Aad dalam penutupnya adalah
“Jadi, para ayah itu tak hilang. Yang hilang adalah tanggung jawab dan rasa tanggung jawabnya. Mungkin karena mereka mengira bahwa tanggung jawab dalam pendidikan ananda adalah para bunda. Mereka lupa anak-anak itu Allah nasabkan kepada ayahnya. Mereka lupa bahwa mereka telah mewariskan karakter dan bakat dominannya kepada ananda.
Bagaimana tertarik untuk mendalami peran ayah? Semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi semua.





Related Posts

5 comments

  1. Ini buku keren kayana kak, sarat dengan pesan hebat

    Bahwa peran ayah dalam keberlangsungan hidup keluarganya itu penting banget

    Layak baca ini mah..

    ReplyDelete
  2. bagus banget bukunya pak, wajib baca sih ini.

    ReplyDelete
  3. makasih ulasannya, bukunya menarik. seneng banget kalau ada info buku sarat ilmu seperti ini. Banyak hal yang kadang dalam keseharian terlupakan, bisa diingatkan kembali. Menjadi pengingat akan tanggung jawab peran

    ReplyDelete

Post a Comment